27-09-2024
Jumat, 27 SEPTEMBER 2024
PRAMUKA
Fitri Daryani, S.Pd
Kelas 5A
Good morning my students....
Tabik pun ,,,!!
Apa kabar anak sholeh sholehah kelas 5A ,Alhamdulillah semoga kita semua dalam keadaan sehat dan selalu dalam lindungan Allah SWT Aamiin Ya Rabbal Alamin.
Sebelum belajar pastikan sudah sarapan, mendengarkan tausiah serta pahami isinya, shalat dhuha dan membaca Al Quran
Kepanduan Indonesia
Gerakan pendidikan kepanduan di
Tanah Air sudah muncul sejak zaman Hindia-Belanda. Pada 1912, dimulai latihan
sekelompok pandu di Batavia (nama Jakarta pada masa penjajahan Belanda), yang
kemudian menjadi cabang dari Nederlandsche Padvinders Organisatie (NPO). Dua
tahun kemudian cabang tersebut disahkan berdiri sendiri dan
dinamakanpNederlands-Indische Padvinders Vereeniging (NIPV) atau Persatuan
Pandu-Pandu Hindia Belanda.
Pada saat itu, sebagian besar
anggota NIPV adalah pandu-pandu keturunan Belanda. Namun, pada 1916 berdiri
suatu organisasi kepanduan yang sepenuhnya merupakan pandu-pandu bumiputera.
Adalah Mangkunegara VII, pemimpin Keraton Solo yang membentuk Javaansche
Padvinders Organisatie Setelah itu muncul organisasi kepanduan berbasis agama,
kesukuan dan lainnya. Antara lain Padvinder Muhammadiyah (Hizbul Wathan),
Nationale Padvinderij, Syarikat Islam Afdeling Pandu, Kepanduan Bangsa
Indonesia, Indonesisch Nationale Padvinders Organisatie, Pandu Indonesia,
Padvinders Organisatie Pasundan, Pandu Kesultanan, El-Hilaal, Pandu Ansor, Al
Wathoni, Tri Darma (Kristen), Kepanduan Asas Katolik Indonesia, dan Kepanduan
Masehi Indonesia.
Kepanduan yang ada di
Hindia-Belanda ternyata berkembang cukup baik. Hal itu menarik perhatian pula
dari Bapak Pandu Sedunia, Lord Baden-Powell, yang bersama istrinya, Lady
Baden-Powell, dan anak-anak mereka, mengunjungi organisasi kepanduan di
Batavia, Semarang, dan Surabaya, pada awal Desember 1934. Para pandu di
Hindia-Belanda pernah pula mengikuti Jambore Kepanduan Sedunia.
Bila pada Jambore Sedunia 1933
di Hungaria hanya sebatas pada kunjungan delegasi kecil untuk menyaksikan
kegiatan akbar itu, maka pada Jambore Sedunia 1937 di Belanda, ikut pula
Kontingen Pandu Hindia-Belanda yang terdiri dari Pandu-pandu keturunan Belanda,
bumiputera khususnya dari Batavia dan Bandung, lalu dari Pandu Mangkunegaran,
dari Ambon, dan sejumlah Pandu keturunan Tionghoa dan Arab. Sementara di dalam
negeri, kegiatan perkemahan dan jamboree kepanduan juga diadakan di sejumlah
tempat. Di antaranya pada 19-23 Juli 1941 di Yogyakarta berlangsung All
Indonesian Jamboree atau “Perkemahan Kepanduan Indonesia Oemoem.”
Pada 27-29 Desember 1945
berlangsung Kongres Kesatuan Kepanduan Indonesia di Surakarta. Kongres tersebut
menghasilkan Pandu Rakyat Indonesia sebagai satu-satunya organisasi kepramukaan
di Indonesia. Namun, ketika Belanda kembali mengadakan agresi militer pada
1948, Pandu Rakyat dilarang berdiri di daerah-daerah yang sudah dikuasai
Belanda. Hal tersebut memicu munculnya organisasi lain, seperti Kepanduan
Putera Indonesia (KPI), Pandu Puteri Indonesia (PPI), dan Kepanduan Indonesia
Muda (KIM).
Pada perkembangannya, kepanduan
Indonesia kemudian terpecah menjadi 100 organisasi yang tergabung dalam
Persatuan Kepanduan Indonesia (Perkindo). Namun, jumlah perkumpulan kepramukaan
di Indonesia tidak sebanding dengan jumlah anggota perkumpulan. Selain itu
masih ada rasa golongan yang tinggi, sehingga membuat Perkindo menjadi lemah.
Untuk mencegah hal itu, Presiden Soekarno bersama Sri Sultan Hamengku Buwono IX
yang saat itu merupakan Pandu Agung, menggagas peleburuan berbagai organisasi
kepanduan dalam satu wadah.
Hal itu pertama kali diungkapkan
Presiden Soekarno ketika mengunjungi Perkemahan Besar Persatuan Kepanduan Putri
Indonesia di Desa Semanggi, Ciputat, Tangerang, pada awal Oktober 1959.
Presiden kemudian juga mengumpulkan tokoh dan pemimpin gerakan kepanduan di
Indonesia. Seluruh organisasi kepanduan yang ada, dilebur menjadi satu dengan
nama Pramuka. Presiden menunjuk panitia terdiri atas Sri Sultan Hamengku Buwono
IX, Prijono, Azis Saleh, Achmadi, dan Muljadi Djojo Martono.
Gerakan Pramuka tersebut diawali
dengan serangkaian peristiwa yang saling berkaitan. Pada 9 Maret 1961
diresmikan nama Pramuka dan menjadi Hari Tunas Gerakan Pramuka. Pada 20 Mei
1961, diterbitkan Keputusan Presiden Nomor 238 Tahun 1961 tentang Gerakan Pramuka
dan momen tersebut dikenal sebagai Hari Permulaan Tahun Kerja. Pada 20 Juli
1961, para wakil organisasi kepanduan Indonesia mengeluarkan pernyataan di
Istana Olahraga Senayan, untuk meleburkan diri ke dalam organisasi Gerakan
Pramuka. Sehingga disebut sebagai Hari Ikrar Gerakan Pramuka.
Setelah itu, pada 14 Agustus
1961, Gerakan Pramuka diperkenalkan secara resmi kepada masyarakat luas dalam
suatu upacara di halaman Istana Negara. Ditandai dengan penyerahan Panji
Gerakan Pramuka dari Presiden Soekarno kepada Sri Sultan Hamengku Buwono IX
yang juga menjadi Ketua pertama Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. Panji itu
lalu diteruskan Sri Sultan Hamengku Buwono IX kepada suatu barisan defile yang
terdiri dari para Pramuka di Jakarta, dan dibawa berkeliling kota. Tanggal 14
Agustus itulah yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Pramuka dari dirayakan
seluruh Pramuka setiap tahunnya.
Hadir buk✋
BalasHapus